Pertanian di Kabupaten Klaten, mengalami kekeringan. Tidak bisa diharapkan untuk menuai hasil yang baik, apalagi yang namanya panen raya. Jauh dari bayangan para petani. Lahan pertanian seluas 3.000 hektare hingga pertengahan 2015 masih belum ditanami oleh pemiliknya. Hingga musim tanam (MT) kedua kali ini lahan tersebut masih dibiarkan bero setelah panen musim lalu.
Sekretaris II Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Klaten, Atok Susanto, mengatakan, total lahan pertanian yang ditanami padi di Kabupaten ada seluas 33.000 hektare. Sedangkan 2% atau sekitar 3.000 hektare dibiarkan tidak ditanami alias diberokan oleh pemiliknya.
“Lahan bero tersebar hampir merata di wilayah Klaten,” ujar Atok ketika ditemui wartawan di kediamannya di Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jumat (31/07/2015).
Menurutnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi para pemilik lahan memilih tidak lagi memanfaatkan lahan pertaniannya dan membiarkanya terbengkelai. Di antaranya adalah karena minimnya pasokan air irigasi saat kemarau dan minimnya tenaga kerja di sektor pertanian.
“Permasalahan petani saat ini sangat kompleks. Salah satunya yakni terbatasnya tenaga kerja di sektor pertanian seperti tenaga tanam, cangkul hingga tenaga panen. Selain itu soal air irigasi, namun masih bisa diatasi meski kemarau,” kata Atok.
Atok menjelaskan, menurunnya minat masyarakat menjadi tenaga kerja di sektor pertanian mulai dirasakan sejak lima tahun terakhir. Banyak dari masyarakat mulai melakukan pergeseran pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor lain.
Dikatakan, minimnya regenerasi yang berkecimpung di sektor pertanian tentu berdampak buruk pada keberlangsungan pertanian. Lahan pertanian diprediksi akan hilang dalam sepuluh tahun kedepan.
http://krjogja.com/read/269394/pertanian-klaten-kering.kr
Blogger Comment
Facebook Comment